Minggu, 16 Agustus 2015

papah



Bismillahirrahmanirrahim

#onedayonewriting

#day5

Terkadang, kasih sayang yang diberikan ayah itu berbeda. Tidak pernah tersurat seperti sosok ibu, tetapi selalu tersirat. Ketika ibu mengecup kening dan membelai rambutku dipagi hari. Ayah cukup mengulurkan tangannya untuk kemudian disalami. Kalau ibu memberikanku apa yang aku minta, maka ayah mendidikku untuk menjadi pribadi yang merasa cukup atas apa yang dipunya. Aku sering dimarahi olehnya, dan aku baru sadar. Itu adalah wujud kasih sayang terbesarnya, bukan karena kebencian melainkan karena kekhawatiran. Ayah, aku memang tidak pernah berkata aku mencintaimu. Tapi jauh di dalam hatiku, aku selalu teringat akan dirimu jika diluar sana aku melihat seorang anak sd diantar jemput oleh ayahnya. Percayalah yah, kau itu istimewa lebih dari apapun. Dan kau adalah lelaki terbaik yang berjasa dalam hidupku. Kau ajarkanku akan ketegasan dan kuatnya pendirian. Bahwa, apapun yang terjadi diluar sana. Kita tetap harus menjadi pribadi yang berani melawan kebathilan dan memperjuangkan kebaikkan. Ayah, izinkan aku untuk menjadi aset berhargamu, yang kelak dapat membeli mahkota dari cahaya dan memakaikannya untukmu. 

Terimakasih ya Allah yang telah menganugerahiku sosok ayah yang aku panggil dengan sebutan papah. Ia berjasa sekali dalam hidupku. Ia mengenalkanku akan ilmu pengetahuan yang tak ada batasnya dan juga keberanian untuk menjadi pribadi yang melawan arus. Demi memperjuangkan kebenaran. 

Shinta Larasati Widjanarko

Pondok Labu
11.59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar