Bismillahirrahmanirrahim
Kelopak bunga aroma mekar
yang bersahutan, terhempas terkapar lalu mencium bibir rerumputan
Eloknya angin
menidurkan sari, jatuh hati pada tanah gersang tanpa pernah mengobral
sejuknya mentari
Sebongkah batu, terpojokkan oleh cercahan air, mengokohkan diri dengan pasrah akan kehadiran
sebuah lubang di sudut tepian
Sayup sayup kudengar
lantunan peluh yang menyapu debu taman ilalang
Kucoba berdiri dan
berlari meninggalkan kawanan
Tapi apa daya, jiwa
kritis disandingkan oleh raga sakit
Hanya menghantarkanku
pada malaikat pencabut nyawa, kemudian tertidur selamanya
SLW
22.54
Pondok Labu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar