Senin, 12 Oktober 2015

cinta itu, apa?



Bismillahirrahmanirrahim


Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, jari jemari ini menari diatas tombol keyboard, merangkai kata menyusun kalimat untuk kemudian menghasilkan suatu artikel yang bertema-kan cinta.


Saya rasa, tidak akan ada habisnya jika kita berbicara tentangnya. Siapa –manusia di dunia- yang tidak tertarik membahas cinta? 


Cinta itu luas dan memiliki banyak makna, panjang dan tak pernah ada ujungnya. Menarik untuk ditilik namun sakit ketika salah penempatannya. Entah mengapa, akhir-akhir ini ingin sekali menulis tentang cinta.


Ketika manusia dilahirkan di dunia, ia langsung dikenalkan oleh cinta kepada Sang Pencipta –Allah SWT- atau ma’rifatullah melalui adzan di telinga yang dikumandangkan oleh sang ayah. Bayi yang baru lahir langsung diperdengarkan panggilan yang paling mulia untuk mendirikan suatu kewajiban umat manusia yang beragama islam ketika sudah menginjak usia baligh. Lihatlah, betapapun sibuknya kita, ketika panggilan itu sudah dikumandangkan maka kita harus beranjak untuk mendirikan sholat. Inilah ma’rifatullah pertama yang diajarkan Allah kepada hambaNya. PanggilanNya harus diutamakan ketimbang seruan siapapun juga didunia.


Kemudian ketika manusia sudah beranjak dewasa, ia dikenalkan oleh cinta kepada makhlukNya, -cinta kepada lawan jenis- hal tersebut tidak pernah salah namun Allah sudah mengaturnya sedemikian rupa agar tak salah penafsiran serta penempatannya. Pernah mendengar ayat ini bukan?


“dan janganlah kau dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” Al isra : 32


Lihatlah, jangankan zina, segala perbuatan yang bermuara ke arahnya saja sudah di larang olehNya. Inilah kehebatan islam dalam menjaga perilaku umatnya. Lalu kemudian apa yang dimaksud dengan jangan mendekati zina? Kita lihat saja prilaku orang-orang yang pacaran. Memangnya apa arti pacaran jika tak dimulai dengan pegangan tangan kemudian berakhir pada perzinaan? Na’udzubillah. Memang sih tak semua pacaran berakhir zina, tetapi semua zina pasti diawali dengan pacaran. 


Segala puji bagi Allah yang telah meniup ruh dalam jasad manusia, kemudian menanamkan sebuah fitrah ke dalam hatinya yang bernama cinta. Jangan pernah salahkan cinta, karena ia tak pernah salah. Yang salah adalah ketika cinta itu belum halal kemudian menerobos syari’at yang telah ditetapkan oleh agama. Cinta itu mulia, dan dilakukan di koridor yang baik pula. 


Kawanku, jika alasanmu melanglang buana menyebar cinta adalah untuk mendapatkan jodoh. Maka yang kau lakukan tidaklah tepat. Jodoh itu sudah ditetapkan olehNya, tugas kita adalah memantaskan diri sebaik mungkin dihadapan Allah SWT. Kau tidak perlu mengobral cinta dengan menyatakan komitmen untuk menikahinya dan lain sebagainya, apa bedanya dengan mereka diluar sana yang berkomitmen dengan pacaran. Mungkin tujuannya baik, untuk mendapatkan pasangan, namun jika dilakukan dengan jalan yang buruk pasti tidak akan menghadirkan berkah didalamnya. Apa lah arti hidup jika berkah berkah Allah alpha untuk kemudian menyapa. Kita sama-sama tahu, cinta yang sudah hadir sebelum adanya ikatan itu berarti belum halal. Maka jalannya ada dua : halalkan atau tinggalkan. Apapun itu, jika belum halal maka tak akan mendapatkan berkah dariNya. Kalau memang cinta namun belum siap, pantaskan diri sebaik mungkin dengan menyibukkan diri dengan aktivitas kebaikan dan jangan lupa selalu menjaga hati dimanapun kita berada. Kalau memang sudah siap, menikahlah. Tak ada solusi lain selain dua jawaban diatas. 


Bagiku, ini belum saatnya. Masih banyak hal yang harus dicapai untuk menyongsong kehidupan sesungguhnya. Masih banyak amanah di dalam keluarga yang harus ditunaikan sebelum waktu itu tiba. Bagiku, ini masa yang paling tepat untuk mengakselerasi diri sebaik mungkin, in syaa Allah –smg Allah senantiasa meluruskan niat dalam hati- semua ini karenaNya. Meski harus diakui ujian dan cobaan berseliweran dimana-mana. Mencoba menggoyahkan iman dan prinsip keyakinan. Namun, lagi-lagi harus fokus dengan amanah yang sedang diemban. Karena menurutku, kematian itu lebih dekat kedatangannya ketimbang dirimu yang disana. 


Stay calme, if we’re meant to be together, we’ll meet up again someday somewhere. Only when we’re ready.


SLW

10.24

Pondok Labu

                      https://annisaabianca.files.wordpress.com/2013/03/tumblr_mijpvb9k9o1qm7wy7o1_500_large.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar