Bismillahirrahmanirrahim
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, jari jemari ini menari diatas tombol
keyboard, merangkai kata menyusun kalimat untuk kemudian menghasilkan suatu
artikel yang bertema-kan cinta.
Saya rasa, tidak akan ada habisnya jika kita berbicara tentangnya. Siapa
–manusia di dunia- yang tidak tertarik membahas cinta?
Cinta itu luas dan memiliki banyak makna, panjang dan tak pernah ada
ujungnya. Menarik untuk ditilik namun sakit ketika salah penempatannya. Entah
mengapa, akhir-akhir ini ingin sekali menulis tentang cinta.
Ketika manusia dilahirkan di dunia, ia langsung dikenalkan oleh cinta
kepada Sang Pencipta –Allah SWT- atau ma’rifatullah melalui adzan di telinga
yang dikumandangkan oleh sang ayah. Bayi yang baru lahir langsung
diperdengarkan panggilan yang paling mulia untuk mendirikan suatu kewajiban
umat manusia yang beragama islam ketika sudah menginjak usia baligh. Lihatlah,
betapapun sibuknya kita, ketika panggilan itu sudah dikumandangkan maka kita
harus beranjak untuk mendirikan sholat. Inilah ma’rifatullah pertama yang
diajarkan Allah kepada hambaNya. PanggilanNya harus diutamakan ketimbang seruan
siapapun juga didunia.
Kemudian ketika manusia sudah beranjak dewasa, ia dikenalkan oleh cinta
kepada makhlukNya, -cinta kepada lawan jenis- hal tersebut tidak pernah salah
namun Allah sudah mengaturnya sedemikian rupa agar tak salah penafsiran serta
penempatannya. Pernah mendengar ayat ini bukan?
“dan janganlah kau dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” Al isra : 32
Lihatlah, jangankan zina, segala perbuatan yang bermuara ke arahnya saja
sudah di larang olehNya. Inilah kehebatan islam dalam menjaga perilaku umatnya.
Lalu kemudian apa yang dimaksud dengan jangan mendekati zina? Kita lihat saja
prilaku orang-orang yang pacaran. Memangnya apa arti pacaran jika tak dimulai
dengan pegangan tangan kemudian berakhir pada perzinaan? Na’udzubillah. Memang
sih tak semua pacaran berakhir zina, tetapi semua zina pasti diawali dengan
pacaran.
Segala puji bagi Allah yang telah meniup ruh dalam jasad manusia, kemudian
menanamkan sebuah fitrah ke dalam hatinya yang bernama cinta. Jangan pernah
salahkan cinta, karena ia tak pernah salah. Yang salah adalah ketika cinta itu
belum halal kemudian menerobos syari’at yang telah ditetapkan oleh agama. Cinta
itu mulia, dan dilakukan di koridor yang baik pula.
Kawanku, jika alasanmu melanglang buana menyebar cinta adalah untuk
mendapatkan jodoh. Maka yang kau lakukan tidaklah tepat. Jodoh itu sudah
ditetapkan olehNya, tugas kita adalah memantaskan diri sebaik mungkin dihadapan
Allah SWT. Kau tidak perlu mengobral cinta dengan menyatakan komitmen untuk
menikahinya dan lain sebagainya, apa bedanya dengan mereka diluar sana yang berkomitmen
dengan pacaran. Mungkin tujuannya baik, untuk mendapatkan pasangan, namun jika
dilakukan dengan jalan yang buruk pasti tidak akan menghadirkan berkah
didalamnya. Apa lah arti hidup jika berkah berkah Allah alpha untuk kemudian
menyapa. Kita sama-sama tahu, cinta yang sudah hadir sebelum adanya ikatan itu
berarti belum halal. Maka jalannya ada dua : halalkan atau tinggalkan. Apapun
itu, jika belum halal maka tak akan mendapatkan berkah dariNya. Kalau memang
cinta namun belum siap, pantaskan diri sebaik mungkin dengan menyibukkan diri
dengan aktivitas kebaikan dan jangan lupa selalu menjaga hati dimanapun kita
berada. Kalau memang sudah siap, menikahlah. Tak ada solusi lain selain dua
jawaban diatas.
Bagiku, ini belum saatnya. Masih banyak hal yang harus dicapai untuk
menyongsong kehidupan sesungguhnya. Masih banyak amanah di dalam keluarga yang
harus ditunaikan sebelum waktu itu tiba. Bagiku, ini masa yang paling tepat
untuk mengakselerasi diri sebaik mungkin, in syaa Allah –smg Allah senantiasa
meluruskan niat dalam hati- semua ini karenaNya. Meski harus diakui ujian dan
cobaan berseliweran dimana-mana. Mencoba menggoyahkan iman dan prinsip
keyakinan. Namun, lagi-lagi harus fokus dengan amanah yang sedang diemban.
Karena menurutku, kematian itu lebih dekat kedatangannya ketimbang dirimu yang
disana.
Stay calme, if we’re meant to be together, we’ll meet up again someday
somewhere. Only when we’re ready.
SLW
10.24
Pondok Labu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar