Selasa, 05 Agustus 2014

late post mudik



 Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah sampai juga perjalanan kali ini ke rumah kakek-nenek tercinta. Dibutuhkan waktu sekitar 9 jam dari pondok labu menuju desa jati datar, lampung,  menggunakan mobil. Mudik kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, menggunakan model akomodasi travel APV milik saudara jauh kami. Memilih model transportasi memang sangat menunjang proses perjalanan, karena jarak yang ditempuh lumayan jauh yaitu sekitar 300 km. Dari pondok labu sang pengemudi harus menjemput salah seorang penumpang dahulu di pondok cabe. Kemudian menerobos macetnya pondok cabe menuju Tol dengan tujuan merak. Sesampainya di Merak, pemandangan yang indah dari birunya laut selat sunda melenyapkan lelahnya duduk selama 4 jam. Pelabuhan itu sangat sepi, tidak seperti biasanya yang dipenuhi berbagai mobil, motor, bahkan truk. Mobil kami memasuki sebuah kapal besar yang cukup indah penampilannya. Ternyata kami merupakan penumpang pertama yang masuk ke dalam kapal. Kami mencara tempat di dalam kapal dan memilih untuk duduk di bagian luar ruangan agar dapat menikmati birunya selat sunda serta gagahnya gunung krakatau. Setelah menunggu selama 30 menit kapal pun lepas jangkar dan berangkat menuju pelabuhan bakauheni. masya Allah birunya selat sunda, semilirnya angin, serta hijaunya pulau-pulau menemani perjalanan kami kali itu. Tidak terasa kami sudah sampai di pelabuhan bakauheni. Terlihat gapura besar bertuliskan Selamat Datang di Kota Lampung, menandai sampainya kami di pulau Sumatera. Pulau besar yang terletak di sebelah barat Indonesia. Setelah itu, sang supir memilih untuk pergi ke desa Jati Datar, Bandar Lampung melalui Lintas Timur. Jalanan yang sepi dengan banyak tikungan dan hutan di sebelah kanan dan kiri jalan. Jalanan ini sebetulnya merupakan jalan yang cukup rawan karena sering terjadi tindak kriminal, tetapi Alhamdulillah kami sampai dengan selamat. Di tengah perjalanan saya melihat sebuah kecelakaan motor 2 orang bocah, 1 orang tergeletak di tepi jalan dan yang lainnya tergeletak di pekarangan rumah warga. Kepala bocah yang tergeletak di tepi jalan itu berdarah dan saya fikir pecah. Ada banyak sekali orang yang mengerumuni namun tak satupun ada yang menolong. Saya bertanya kepada sang supir travel, “kenapa gak ada yang nolong?” ia menjawab “kalo nolong malah dikira yang nabrak.” Ya Allah, mengapa ketika ada yang ingin berbuat baik malah dituduh hal-hal buruk? Well, ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Alhamdulillah pukul 19.30 saya menginjakkan kaki di tanah pasir itu. Mbah Kakung.. Mbo Uo.. Here I Come

 Pelabuhan Merak

Selat Sunda

Shinta Larasati Widjanarko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar