Bismillahirrahmanirrahim
Perbincangan yang memakan waktu hampir 6 jam itu dilakukan di salah satu
mall di daerah Cinere. Ya, aku bertemu dengan sahabat SMAku yang sekarang menuntut
ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah lenteng agung. Perbincangan
yang memakan waktu cukup lama itu bukan semata-mata diisi dengan obrolan kosong
tanpa makna. Pertama-tama ia memberiku sekotak donat, kemudian kami memilih
tempat kosong di bagian food court mall tersebut. Obrolan pertama dimulai dari
perbincangan tentang kerinduan kami kepada saudari kami yang lain, ia tak bisa
ikut berkumpul dikarenakan berada di luar kota. Semoga Allah senantiasa
mengaruniakan kesehatan dan kesabaran wahai saudariku yang sedang berada di
solo :) aamiin. Kerinduan kami sangat memuncak kepada
saudari kami yang berada di solo itu, karena sudah hampir 2 tahun lebih kami
tak bersua. Begitu pula dengan saudari yang aku temui hari itu, mungkin sudah
hampir setahun kami tak bertemu. Jadinya waktu 6 jam untuk berbincang serasa
seperti 1 jam. Rumah kami sebetulnya tak terlalu jauh, namun kesibukan di
kampus membuat kami susah sekali jika ingin bertemu. Kuakui saudariku ini
bukanlah gadis biasa, ia memiliki semangat dan tekad yang kuat. Apabila ia
memiliki suatu ‘frame’ tentang sesuatu atau seseorang, maka ‘frame’ itulah yang
akan terus terpatri di dalam fikirannya. Mungkin bisa berubah, tetapi
membutuhkan waktu yang tidak sebentar tentunya. Ia adalah gadis yang cerdas,
ketika mengambil keputusan pun harus diikuti dengan pengetahuan yang ia miliki dan
tidak bisa sembarangan. Maka perbincangan pun berlanjut soal politik. Kami
ternyata memiliki pemikiran yang sama. Pemimpin itu adalah dia yang berdiri
pada kakinya sendiri serta berani ambil sikap #bukankampanye :D. Memang ketika
ingin memilih seorang qiyadah(pemimpin) ada beberapa pertimbangan yang harus
difikirkan, tidak hanya berdasar ego dan nafsu diri.
“Umat adalah pemberi mandat; dan kepala negara adalah pemegang mandat.
Maka, jika kepala negara itu bagus dalam mengelola mandat yang diterimanya,
melaksanakan seluruh mandat, dan bagus pelaksanaannya, maka akan tetap menjadi
kepala negara yang disupport, dibela, dan ditaati. Namun, jika menyia-nyiakan
mandat itu dan tidak merealisasikan kemaslahatan umat, maka ia akan dicopot dan
harus menyerahkan mandat itu kepada orang lain. Sebab, umatlah pemilik mandat
itu.
Pernyataan diatas dikutip dari buku Fiqh Politik Hasan Al-Banna. Satu hal
yang penting ketika ingin memilih seorang pemimpin, ia haruslah seorang yang
amanah. Karena bai’at nya bukan hanya kepada manusia melainkan juga kepada
Allah SWT.
Oke, kami memang bukan ahli politik tetapi kami sekarang adalah seorang
mahasiswa, dan seorang mahasiswa harus mampu berfikir kritis dan memiliki
pendirian. Maka ketika kami dihadapkan pada suatu realita, seorang mahasiswa
harus mampu mengkaji dan berfikir kritis baru kemudian menentukan sikap
terhadap apa yang ia pilih. Karena MAHAsiswa adalah Agent of Change dan pewaris peradaban. Hidup Mahasiswa!
Perbincangan berlanjut pada hal yang hmm apabila dibahas tak akan pernah
ada habisnya. Apa itu? soal jodoh hehehe entah mengapa saat itu kami tiba-tiba
bicara soal jodoh. Saudariku ini pun bertanya padaku “shin gimana sih orang
yang ngga pacaran itu? trus tiba-tiba nikah? Mereka kan belum kenal?”. Maka aku
jawab saja “kan ada ta’aruf...” lalu kujelaskan panjang lebar soal ta’aruf itu
berdasar buku islami yang telah kubaca dan kupahami. Dia pun ternyata tertarik
membicarakan soal ini. Masyaa Allah, hebatnya dia sekarang sudah berbeda pola
pikirnya. Lalu kami pun berbicara soal orang yang baik akan mendapatkan jodoh
baik pula.
Sesuai dengan firman Allah SWT surah An-Nuur : 26
" Wanita - wanita yang keji adalah untuk laki - laki yang keji dan laki - laki yang keji adalah untuk wanita yang keji. Dan wanita - wanita yang baik adalah untuk laki - laki yang baik, dan laki - laki yang baik adalah untuk wanita - wanita yang baik (pula). "
kalo mau jodohnya sholeh yaa
sholehah-in diri dulu, kan jodoh itu cerminan diri kita. kalo mau jodohnya kaya
Nabi Muhammad SAW yaa khadijah-in diri dulu J. Artinya seperti apa kita, maka seperti itulah
jodoh kita. keseimbangan. Allahu ta’ala a’lam bisshawab “wah shin kayaknya
ngomongin soal ini gak bakal ada habisnya deh..” hehe betul sekali. Telfonnya pun
berdering, tanda bahwa kami harus menyudahi pertemuan kami. Sebelum berpisah,
kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke toko buku. Dan alhamdulillah kami
mendapatkan buku yang kami inginkan. Barakallah saudariku, semoga ukhuwah kami
bertiga bisa berlanjut hingga ke Jannah-Nya Allahumma aamiin.
maka di hari itu, sebuah obrolan panjang yang membuatku merenung. bahwa apa yang kusampaikan kepada saudariku itu sesungguhnya adalah sebuah tamparan bagi diriku sendiri.
Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar