Sabtu, 30 Agustus 2014

Titik terendah



Bismillahirrahmanirrahim


Ada kalanya manusia berada di titik terendahnya, yaitu ketika futur.. jauh dari Rabbnya. Apapun yang dilakukan rasanya tidak pernah memuaskan. Hati yang tadinya jernih sepertinya mulai disusupi noktah-noktah hitam. Entah karena sedang bermasalah dengan jiwanya atau sedang terserang penyakit hati. Tanpa disadari, manusia diserang penyakit hati secara perlahan namun pasti. Kebersihan hati kini sudah terkotori. Kejernihan pikiran kini mulai mengeruh seiring melemahnya iman. Bacaan Qur’an kini terasa membosankan. Mendengarkan tausiyah kini kerasa menjenuhkan. Nasihat murabbi kini terasa membetekan. Astaghfirullah diri!

Mau apa lagi? Harus diapakan dulu agar sadar ke jalan yang benar? Bukankah sering kau baca buku agama tentang kehinaan dunia dan seisinya? Dunia ini hina dina dan segala seisinya kecuali yang digunakan untuk beribadah kepada Allah ta’alaa. Dunia ini bagai pengantin yang dihias secantik mungkin padahal dalamnya busuk sekali. Bahkan tidak ada makhluk yang Allah ciptakan namun belum pernah sekalipun Ia memandangnya kecuali Dunia, saking hinanya. Dunia ini tidak berharga barang sehelai sayap lalat. Astaghfirullah! Apakah lupa dengan penyakit al-wahn? Cinta dunia dan takut mati. Ingatlah wahai diri, di dunia ini kita hanyalah seorang pengembara. Seorang musafir. Kalau terkadang merasa lelah dan butuh istirahat, maka carilah tempat yang teduh untuk beristirahat, kemudian lanjutkan lagi perjalananmu. Manusia memang terkadang butuh waktu untuk rehat, mengisi ulang ruhiyahnya yang kering, melatih jasadnya yang sedang melemah, dan introspeksi diri. Namun jangan pernah terlena dengan istirahat yang sebentar itu, lanjutkan kembali perjuanganmu sebagai khalifah fil ardh, karena sekecil apapun yang kau lakukan di muka bumi ini pasti ada balasannya disisi Allah SWT. Wahai sang pengembara dalam kehidupan, tuntaskanlah pekerjaan dan amanahmu di muka bumi ini, ingatlah,di sini kita hanya sebentar. Tempat kita adalah akhirat, dunia adalah ujian. Jangan pernah mengharapkan kebahagiaan abadi di dunia. Karena kebahagiaan abadi itu adanya di surga. Teringat salah satu statement Aa Gym


“Dunia ini diciptakan untuk kita, sedangkan kita diciptakan untuk akhirat, dunia adalah hamba kita, kita adalah hamba Allah, jangan tertukar.”


Baiklah, kalau sekiranya butuh waktu untuk istirahat, istirahatlah sebentar untuk mengisi ulang ruhiyahmu, menentramkan dan menguatkan jasadmu, serta meningkatkan kualitas diri. #NTMS bismillah...


Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Sabtu, 23 Agustus 2014

sebuah perbincangan



Bismillahirrahmanirrahim

Perbincangan yang memakan waktu hampir 6 jam itu dilakukan di salah satu mall di daerah Cinere. Ya, aku bertemu dengan sahabat SMAku yang sekarang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah lenteng agung. Perbincangan yang memakan waktu cukup lama itu bukan semata-mata diisi dengan obrolan kosong tanpa makna. Pertama-tama ia memberiku sekotak donat, kemudian kami memilih tempat kosong di bagian food court mall tersebut. Obrolan pertama dimulai dari perbincangan tentang kerinduan kami kepada saudari kami yang lain, ia tak bisa ikut berkumpul dikarenakan berada di luar kota. Semoga Allah senantiasa mengaruniakan kesehatan dan kesabaran wahai saudariku yang sedang berada di solo :) aamiin. Kerinduan kami sangat memuncak kepada saudari kami yang berada di solo itu, karena sudah hampir 2 tahun lebih kami tak bersua. Begitu pula dengan saudari yang aku temui hari itu, mungkin sudah hampir setahun kami tak bertemu. Jadinya waktu 6 jam untuk berbincang serasa seperti 1 jam. Rumah kami sebetulnya tak terlalu jauh, namun kesibukan di kampus membuat kami susah sekali jika ingin bertemu. Kuakui saudariku ini bukanlah gadis biasa, ia memiliki semangat dan tekad yang kuat. Apabila ia memiliki suatu ‘frame’ tentang sesuatu atau seseorang, maka ‘frame’ itulah yang akan terus terpatri di dalam fikirannya. Mungkin bisa berubah, tetapi membutuhkan waktu yang tidak sebentar tentunya. Ia adalah gadis yang cerdas, ketika mengambil keputusan pun harus diikuti dengan pengetahuan yang ia miliki dan tidak bisa sembarangan. Maka perbincangan pun berlanjut soal politik. Kami ternyata memiliki pemikiran yang sama. Pemimpin itu adalah dia yang berdiri pada kakinya sendiri serta berani ambil sikap #bukankampanye :D. Memang ketika ingin memilih seorang qiyadah(pemimpin) ada beberapa pertimbangan yang harus difikirkan, tidak hanya berdasar ego dan nafsu diri.

“Umat adalah pemberi mandat; dan kepala negara adalah pemegang mandat. Maka, jika kepala negara itu bagus dalam mengelola mandat yang diterimanya, melaksanakan seluruh mandat, dan bagus pelaksanaannya, maka akan tetap menjadi kepala negara yang disupport, dibela, dan ditaati. Namun, jika menyia-nyiakan mandat itu dan tidak merealisasikan kemaslahatan umat, maka ia akan dicopot dan harus menyerahkan mandat itu kepada orang lain. Sebab, umatlah pemilik mandat itu.
Pernyataan diatas dikutip dari buku Fiqh Politik Hasan Al-Banna. Satu hal yang penting ketika ingin memilih seorang pemimpin, ia haruslah seorang yang amanah. Karena bai’at nya bukan hanya kepada manusia melainkan juga kepada Allah SWT. 

Oke, kami memang bukan ahli politik tetapi kami sekarang adalah seorang mahasiswa, dan seorang mahasiswa harus mampu berfikir kritis dan memiliki pendirian. Maka ketika kami dihadapkan pada suatu realita, seorang mahasiswa harus mampu mengkaji dan berfikir kritis baru kemudian menentukan sikap terhadap apa yang ia pilih. Karena MAHAsiswa adalah Agent of Change dan pewaris peradaban. Hidup Mahasiswa!

Perbincangan berlanjut pada hal yang hmm apabila dibahas tak akan pernah ada habisnya. Apa itu? soal jodoh hehehe entah mengapa saat itu kami tiba-tiba bicara soal jodoh. Saudariku ini pun bertanya padaku “shin gimana sih orang yang ngga pacaran itu? trus tiba-tiba nikah? Mereka kan belum kenal?”. Maka aku jawab saja “kan ada ta’aruf...” lalu kujelaskan panjang lebar soal ta’aruf itu berdasar buku islami yang telah kubaca dan kupahami. Dia pun ternyata tertarik membicarakan soal ini. Masyaa Allah, hebatnya dia sekarang sudah berbeda pola pikirnya. Lalu kami pun berbicara soal orang yang baik akan mendapatkan jodoh baik pula. 

Sesuai dengan firman Allah SWT surah An-Nuur : 26


" Wanita - wanita yang keji adalah untuk laki - laki yang keji dan laki - laki yang keji adalah untuk wanita yang keji. Dan wanita - wanita yang baik adalah untuk laki - laki yang baik, dan laki - laki yang baik adalah untuk wanita - wanita yang baik (pula). " 


 kalo mau jodohnya sholeh yaa sholehah-in diri dulu, kan jodoh itu cerminan diri kita. kalo mau jodohnya kaya Nabi Muhammad SAW yaa khadijah-in diri dulu J. Artinya seperti apa kita, maka seperti itulah jodoh kita. keseimbangan. Allahu ta’ala a’lam bisshawab “wah shin kayaknya ngomongin soal ini gak bakal ada habisnya deh..” hehe betul sekali. Telfonnya pun berdering, tanda bahwa kami harus menyudahi pertemuan kami. Sebelum berpisah, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke toko buku. Dan alhamdulillah kami mendapatkan buku yang kami inginkan. Barakallah saudariku, semoga ukhuwah kami bertiga bisa berlanjut hingga ke Jannah-Nya Allahumma aamiin.
maka di hari itu, sebuah obrolan panjang yang membuatku merenung. bahwa apa yang kusampaikan kepada saudariku itu sesungguhnya adalah sebuah tamparan bagi diriku sendiri. 


Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Amanah



Bismillahirrahmanirrahim

Amanah

Hari itu aku pergi ke suatu tempat, untuk menunaikan janji kepada saudara-saudari seiman untuk bersilaturahim. Disana, banyak sekali hal yang kami lakukan, salah satunya adalah menyebutkan amanah masing-masing. Dimulai dari saudariku yang sebutlah bernama mawar (bukan nama asli), ia menyebutkan amanahnya yang masya Allah membuatku berdecak kagum. Bisa dibilang banyak dan bisa dibilang menempati posisi penting pula. Setelah itu dilanjutkan oleh saudari yang lainnya. Dan ternyata yang lainnya pun tidak kalah kalau soal amanah. Masyaa Allah, hebatnya saudari-saudariku ini. Hmm lalu mulailah aku berkaca pada diriku sendiri, aku bertanya-tanya apakah amanah menentukan kualitas seseorang. Mungkin ya mungkin tidak. Amanah tidak akan keliru dalam mencari pundak. Lalu apakah mereka yang memiliki amanah banyak berarti lebih hebat dibanding mereka yang bahkan tidak memiliki amanah sedikitpun? Hm apa iya ada manusia yang tidak memiliki amanah sedikitpun? Tidak ada pastinya. Lupakah dengan firman Allah SWT di Surat Al-Baqarah:30?
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Serta di surah Al-Ahzab:72
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada seluruh langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”
Ya, amanah manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah serta hamba Allah yang harus menunaikan kewajiban-kewajibannya. Kalaupun tidak memiliki amanah di organisasi, sesungguhnya amanah sebagai khalifah pun bukan amanah yang ringan. Bahkan langit, bumi, dan gunung-gunung yang gagah perkasa pun enggan memikulnya. Masuk kedalam organisasi ataupun yang lainnya serta mendapatkan amanah di dalamnya, itu merupakan bagian untuk menunaikan amanah sebagai khalifah di muka bumi in syaa Allah. Lalu apakah tugas seorang khalifah hanya amar ma’ruf nahi munkar? Islam memang agama yang sempurna. Bukan hanya habluminallah yang diperhatikan melainkan juga habluminannas nya. Tugas utama kita sebagai manusia sebenarnya ada dalam surah adz-dzariyat:56
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.”
Beribadah, satu-satunya alasan mengapa Allah SWT menciptakan kita. beribadah yang pengertiannya luas, bukan hanya sholat, ngaji, melainkan juga menjadi insan bermanfaat bagi orang lain. Bahkan, segala hal yang kita lakukan apabila diniatkan untuk beribadah in syaa Allah akan Allah tulis pahalanya sebagai pahala ibadah juga. Belajar, menuntut ilmu, membantu orang lain, dan lain hal postif lainnya yang diniatkan Lillahi ta’ala. Innamal a’malu binniat.

Maka sekarang memiliki sebuah amanah dalam suatu organisasi juga merupakan salah satu amanah kita sebagai seorang khalifah di muka bumi dalam hal amar ma’ruf nahi munkar. Bismillah, bukan seberapa banyak amanah yang dipikul, melainkan seberapa besar keikhlasan dan keistiqomahan kita dalam menjalankan amanah tersebut. #NTMS bismillah... 

Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Selasa, 05 Agustus 2014

1 syawal



Bismillahirrahmanirrahim

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd

Takbir itu terus dikumandangkan seiring terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan

Takbir itu dilantunkan seiring keputusan penetapan 1 syawal

Aku melihat sang matahari tenggelam diapit oleh pepohonan dan tanaman padi

Surya terakhir itu terbenam perlahan di belahan bumi barat seraya berucap aku akan terbit dengan izin Tuhanku di bulan yang baru, ucapkanlah selamat tinggal di bulan penuh berkah dan penuh ampunan

Adzan maghrib mengakhiri perjumpaanku dengan bulan suci itu, 

Bulan dimana ampunan dan keberkahan berlimpah ruah

Bulan dimana setan dan iblis dibelenggu

Ya, itulah Ramadhan..

Dan kini ia sudah pergi, akankah ia kembali?

Beruntunglah mereka yang mengisi Ramadhannya dengan berbagai amalan amalan shalih

Dan dapat bersaksi ketika Tuhannya bertanya, apa yang kalian lakukan hamba-hambaKu di bulan yang ketika itu Aku buka pintu jannah selebar-lebarnya dan Kututup pintu neraka serapat-rapatnya

Sesungguhnya diri ini tertunduk lesu meringkuk malu karena belum bisa menanam benih-benih amal sebanyak mungkin yang hasilnya kelak akan dituai di hari kemudian

Tetapi apa daya, ternyata Ramadhan itu sudah diujung senja
Berganti dengan bulan lain yang bernama syawal

Semoga Allah tetap mengaruniakan diri ini dengan keistiqomahan dalam amar ma’ruf nahi munkar, serta tetap meneguhkan hati ini di jalan dakwah

Yaa muqalibal qulub tsabit quluban ‘alaa diinik

Yaa muqalibal qulub tsabit quluban ‘alaa da’watik

Yaa muqalibal qulub tsabit quluban ‘alaa tha’atik

Taqabalallahu  minna qa minkum

Taqabal ya kariim

Allahumma aamiin


Shinta Larasati Widjanarko

late post mudik



 Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah sampai juga perjalanan kali ini ke rumah kakek-nenek tercinta. Dibutuhkan waktu sekitar 9 jam dari pondok labu menuju desa jati datar, lampung,  menggunakan mobil. Mudik kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, menggunakan model akomodasi travel APV milik saudara jauh kami. Memilih model transportasi memang sangat menunjang proses perjalanan, karena jarak yang ditempuh lumayan jauh yaitu sekitar 300 km. Dari pondok labu sang pengemudi harus menjemput salah seorang penumpang dahulu di pondok cabe. Kemudian menerobos macetnya pondok cabe menuju Tol dengan tujuan merak. Sesampainya di Merak, pemandangan yang indah dari birunya laut selat sunda melenyapkan lelahnya duduk selama 4 jam. Pelabuhan itu sangat sepi, tidak seperti biasanya yang dipenuhi berbagai mobil, motor, bahkan truk. Mobil kami memasuki sebuah kapal besar yang cukup indah penampilannya. Ternyata kami merupakan penumpang pertama yang masuk ke dalam kapal. Kami mencara tempat di dalam kapal dan memilih untuk duduk di bagian luar ruangan agar dapat menikmati birunya selat sunda serta gagahnya gunung krakatau. Setelah menunggu selama 30 menit kapal pun lepas jangkar dan berangkat menuju pelabuhan bakauheni. masya Allah birunya selat sunda, semilirnya angin, serta hijaunya pulau-pulau menemani perjalanan kami kali itu. Tidak terasa kami sudah sampai di pelabuhan bakauheni. Terlihat gapura besar bertuliskan Selamat Datang di Kota Lampung, menandai sampainya kami di pulau Sumatera. Pulau besar yang terletak di sebelah barat Indonesia. Setelah itu, sang supir memilih untuk pergi ke desa Jati Datar, Bandar Lampung melalui Lintas Timur. Jalanan yang sepi dengan banyak tikungan dan hutan di sebelah kanan dan kiri jalan. Jalanan ini sebetulnya merupakan jalan yang cukup rawan karena sering terjadi tindak kriminal, tetapi Alhamdulillah kami sampai dengan selamat. Di tengah perjalanan saya melihat sebuah kecelakaan motor 2 orang bocah, 1 orang tergeletak di tepi jalan dan yang lainnya tergeletak di pekarangan rumah warga. Kepala bocah yang tergeletak di tepi jalan itu berdarah dan saya fikir pecah. Ada banyak sekali orang yang mengerumuni namun tak satupun ada yang menolong. Saya bertanya kepada sang supir travel, “kenapa gak ada yang nolong?” ia menjawab “kalo nolong malah dikira yang nabrak.” Ya Allah, mengapa ketika ada yang ingin berbuat baik malah dituduh hal-hal buruk? Well, ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Alhamdulillah pukul 19.30 saya menginjakkan kaki di tanah pasir itu. Mbah Kakung.. Mbo Uo.. Here I Come

 Pelabuhan Merak

Selat Sunda

Shinta Larasati Widjanarko