Bismillahirrahmanirrahim
*Allahu akbar Allahu akbar*
azan maghrib berkumandang, menandai usainya waktu shaum dan memasuki waktu ifhtar. alhamdulillah, dzahabazh zhoma'u wabtalatil 'uruuqu wa tsabatal ajru in syaa Allah
kali ini aku dapat membatalkan puasaku dengan segelas es buah
segar, nikmat, dingin
manis, asam, bercampur menjadi satu
nikmat sekali.. setelah seharian beraktivitas di bawah terik matahari.
kuhabiskan segelas es buah tanpa ba bi bu
tapi, tunggu.. aku harus menunaikan shalat dahulu sebelum menyelesaikan hidangan di sekitarku
ah kolak itu menungguku, dengan ubi, pisang, labu di dalamnya dia seperti berkata "ayo makan aku makan aku"
tidak, aku sudah tidak kuat lagi
cokelat! aku masih memiliki cokelat di kulkas.. ah apa iya harus kuhabiskan semua itu?
terdengar bunyi pemberitahuan di Hpku, ada yang mengirimiku broadcast di whatsapp
Sejauh mana kepedulian kita? Maka hari ini, jika puasa terasa melemahkan, jika tarawih melelahkan, jika tilawah memayahkan, mari menatap sejenak ke arah Palestina, Mesir dan Suriah. Sebab mereka nan mewakili kita di garis depan iman, dibakar musim panas, direpotkan hajat, dicekam ancaman, disuguhi besi dan api, tapi teguh. Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah, tapi tak hendak membatalkan shaum sebab ingin syahid berjumpa Rabbnya dalam keadaan puasa. Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di tangannya, agar jika syahadah menjemput dan jasad remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya. Hari ini ketika kolak dan sop buah tak memuaskan ifthar kita, tataplah sejenak ke negeri yang kucing pun jadi halal karena tiadanya makanan. Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Mesir, dengan kepahlawanan mereka nan lebih suka bertemu Allah daripada hidup membenarkan tiran. Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Suriah, ketika kisah Ibu yang memasak batu dan menidurkan anaknya dalam hujan peluru adalah fakta. Sebab mungkin 60 tahun penjajahan kiblat pertama, masjid suci ketiga, dan penzhaliman atas ahlinya belum utuh mencemburukan hati imani kita. Hari ini kami minta izin pada Shalih(in+at) tuk memohon, bagian dari kepedulian itu
-Ustadz Salim A. Fillah
Seorang balita menangis di samping ibunya menunggu agar sang ibu bangun, tidak, sang ibu sudah menghadap Yang Kuasa, Seorang remaja putri diculik dan disiksa hidup hidup, Seorang gadis menuliskan namanya di lengan agar tak kebingungan orang yang menemukannya dalam keadaan tak bernyawa, Seorang bocah laki-laki kedua kakinya hancur terkena bom hingga terlihat daging dan darahnya. Aku tertampar! Bagaimana mungkin aku dapat berbahagia menikmati hidangan iftar padahal saudaraku disana menikmati iftor dengan dentuman-dentuman bom!bagaimana mungkin aku menikmati segelas es buah yang segar sedangkan darah para mujahid sedang mengalir di bumi syam? bagaimana mungkin aku dapat tertawa bahagia menikmati ifthor sedangkan mereka disana selalu siaga dengan senjata yang ada melawan keganasan zionis israel?! ah betapa tak acuhnya diriku..
es buah itu sudah tak nikmat lagi, mungkin karena sudah bercampur dengan linangan air mata..
es buah itu sudah tidak segar lagi, mungkin karena sudah mencair es nya..
wahai mujahid gaza sesunggunya kami iri kepada kalian semua
kalian berpuasa di dunia dan berbuka di surga-Nya insyaa Allah
tempat yang kekal abadi dan tidak ada kesedihan sesudahnya..
maafkan diri ini yang belum maksimal dalam beramal..
semoga kita semua berjumpa di jannahNya kelak aamiin..
Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar