Carrefour I

Kabut putih itu begitu syahdu, mengalun dengan sendu

Menutupi bayangan dan arah jalan tikus itu

Uhuk uhuk, lelaki tua membulatkan mulutnya, kepulan itu pun keluar dengan bau menyekat rongga

Asap rokok , putihnya kabut, dan semilirnya angin

Menjadi sahabat setia gadis pucat pasi diujung jalan

Ia mengepalkan tangan, sembari menggoyangkan kaki kanan

Kekhawatiran begitu menyelimuti raut polosnya

Sembari membolak balikkan jam tangan

Ia mengusap-usap lengan karena udara menjepit kulitnya

Lelaki tua itupun menghampiri sang gadis, bau mulut yang bercampur dengan rokok itu sangat menyengat, apalagi saat pertama ia membuka mulut

“sudah larut neng, ngapain disini? Pulang saja atuh,bahaya, banyak preman.”ujarnya dengan aksen sunda

Sang gadis hanya tertunduk sembari menggosok-gosokkan telapak tangan dan meniupnya dengan bibir merahnya

*              *              *

Udara Bandung begitu menyikut kulit

Denting jam tangan sudah membuat ‘tuli’ sang gadis, rembulan pun sebentar lagi mengerlipkan pesona nya

Namun,ia tetap abai

Duduk,menunggu,diam,hening

sesekali ia menelan ludah, sembari mengusap pipinya

*              *              *

Memori itu enggan pergi

Begitu pula sang kabut,

Lelaki tua itu tetap mengepulkan asap

Dan sang gadis kekeuh menanti di ujung jalan

Wajah nya kian pucat,dan tusukan hawa dingin sepertinya sudah tak dirasa

Maka,biarkanlah ia bersama sabar

Sampai sabar itu sendiri yang lelah membersamainya

SLW

22.55

PDK LBU