Bismillahirrahmanirrahim
Sebuah air mata yang mengalir, selalu mengisyaratkan sebuah perasaan
terpendam. Yang sulit sekali diungkapkan atau bahkan sudah tak mungkin
diucapkan. Hari ini, seorang anak manusia berbuat kesalahan, kemudian esok ia
kembali dengan noktah hitam. Lusa ia membela diri, bahwa hidup ini hanya
sekali. Mari nikmati sepuas hati. Esoknya lagi ia berdalih, dan terus membelot
bahwa kebahagiaan itu semata hanya di dunia yang menghimpit dan sempit ini. Tak
ada apa-apa lagi setelahnya. Kemudian suatu hari ia bertemu dengan seorang
rakyat jelata yang bahkan untuk makan sesuap nasi saja membutuhkan peluh yang
terus bercucur seharian. Rakyat jelata ini jelas hidup sederhana, namun ikhlas
dalam segala apa yang dibuatnya. Ia berkata, aku disini hidup seorang diri,
makan pun sehari sekali. Aku tidak perlu menjadi kaya, Tuhanku adalah Dzat yang
Maha Kaya. Wahai fulan, menangislah dirimu. Karena Dia sudah “mematikan” hatimu
sehingga kau tak dapat menangis lagi karenaNya. Menangislah dirimu, karena kau
sudah keliru dalam soal keagamaan. Menangislah dirimu karena berangan sebagai
ahli sorga, namun bersikap dengan jelas seperti ahli neraka. Menangislah hingga
air mata itu sudah tak keluar lagi, menangislah akan dosa yang terus saja kau
lakukan di setiap helaan nafasmu, menangislah wahai fulan. Menangislah sebelum
kau ditangisi malaikat penjemput ajalmu. Bisa jadi air mata itu memadamkan
murka Rabbmu. Astaghirullah. #NTMS
SLW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar