Minggu, 29 November 2015

officially twenty



Bismillahirrahmanirrahim


Alhamdulillahilladzi bini’matihi tathimushsholihat


Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Sempurna. Sang pemilik kehidupan. Tuhan Yang Maha Esa. Sekali lagi segala puji hanya untukMu ya Rabb.

Hari ini, tepat 20 tahun yang lalu seorang bayi lahir ke dunia, lahir di sebuah rumah kecil di pedalaman sebuah desa. Menangis, merengek membuat pertanda, bahwa sebuah jantung telah berdetak dan sebuah nyawa menghidupkan raga. Bayi tersebut saat ini sudah beranjak dewasa, genap berkepala dua dan memiliki segudang mimpi yang menunggu tuk diwujudkan. Alhamdulillah, i’m officially twenty! Sesungguhnya usia ini tidak pernah bertambah. Hakikat ulang tahun adalah berkurangnya waktu di dunia. 20 tahun sudah saya menghabiskan waktu di dunia. Entah sudah berapa ribu dosa yang saya perbuat, entah sudah berapa kali kesiaan terucap dari mulut, entah bagaimana nanti nasib saya di padang mahsyar, mempertanggungjawabkan setiap detik yang saya lewati ketika hidup di dunia yang fana ini.


Genap sudah 20 tahun saya melewati suka duka kehidupan, lika-liku skenario yang Allah tetapkan, keputusan dan perbuatan yang beragam, melahirkan sebuah pelajaran dan juga penantian untuk dipertanggungjawabkan. Tidak perlu sebuah perayaan, ataupun pesta, hanya lantunan do’a yang terus menderas menuju Arsy Nya serta ucapan orang-orang terkasih, itu semua sudah membuat saya sangat bahagia. Semakin bertambah angka, semakin bertambah juga kematangan dalam berfikir dan bertindak. Semoga di usia ini, saya bisa mewujudkan mimpi yang masih terpendam, kebermanfaatan yang senantiasa dirasakan orang-orang sekitar, serta kebahagiaan yang ingin sekali saya selalu berikan kepada mamah papah saya. 


Terimakasih banyak tentunya kepada mamah papah, saya janji akan terus berusaha menjadi qurrota a’yun serta berusaha mengakselerasi diri, kepada MR pertama saya kak mimil, senantiasa menjadi kakak yang menasehati dan mengingatkan. Selalu berada di tempat yang bisa saya jangkau, selalu ada jika saya membutuhkan, saya yakin do’a nya lah yang menjadi salah satu faktor saya berada di jalan dakwah ini selain doa orang tua saya tentunya, uhibbuki fillah kak milk. Soulmate saya sejak tingkat pertama kuliah, Restu a.k.a. Tutu a.k.a Oma, tidak ada hal sedikitpun yang tidak saya ceritakan padanya, terimakasih selalu berada di samping saya, sangat bersyukur bisa memiliki seorang soulmate sepertimu, uhibbuki fillah tu. Aziza putri suwardi dan Dona intan puspita rini sahabat sejak SMA, segala hal sudah terlewati bersama, berharap suatu saat kita bisa berkumpul lagi seperti sedia kala. Love you guys as always, semoga keberkahan selalu melimpah kepada kalian ya. Last but not least kawan-kawan ‘take a rest’ semoga kita senantiasa istiqomah berada di jalanNya. Mereka semua merupakan salah satu kepingan penting dalam frase kehidupan saya. uhibbukum fillah lillah billah.

Yes, i’m officially twenty now!

SLW
20.42

                              

Kamis, 26 November 2015

shadow

Bismillahirrahmanirrahim

Matahari tenggelam dari peraduan
Bayangan pun melambai meminta pulang ke haribaan
Suatu hari aku tercekat akan kenyataan, ketika bayangan datang sewaktu malam
Ia muncul ke permukaan tanpa basa basi
Menyampaikan salam hangat dan berkata ingin bersua
Ingin bersama sepanjang waktu tanpa terbatasi oleh waktu

Lagi lagi aku tak bersuara
Bisu seketika, karena kemustahilan datang tanpa logika
Pergilah yang jauh wahai bayangan
Kehadiranmu tak diperlukan, aku sudah membenturkan kepala
Dengan keras, dan kejam
Agar segala hal tentangmu dapat kulupakan

Menjauhlah wahai bayangan,
Kau menakutkan, tak diharapkan, dan menyebalkan
Datang seenak hati
Pergi tanpa permisi

Sudahlah hati,
gembok ini akan selalu mengunci
maaf ya jika sedingin ini

SLW
00.09

Selasa, 17 November 2015

Sebuah kisah



Bismillahirrahmanirrahim
 
Sebuah air mata yang mengalir, selalu mengisyaratkan sebuah perasaan terpendam. Yang sulit sekali diungkapkan atau bahkan sudah tak mungkin diucapkan. Hari ini, seorang anak manusia berbuat kesalahan, kemudian esok ia kembali dengan noktah hitam. Lusa ia membela diri, bahwa hidup ini hanya sekali. Mari nikmati sepuas hati. Esoknya lagi ia berdalih, dan terus membelot bahwa kebahagiaan itu semata hanya di dunia yang menghimpit dan sempit ini. Tak ada apa-apa lagi setelahnya. Kemudian suatu hari ia bertemu dengan seorang rakyat jelata yang bahkan untuk makan sesuap nasi saja membutuhkan peluh yang terus bercucur seharian. Rakyat jelata ini jelas hidup sederhana, namun ikhlas dalam segala apa yang dibuatnya. Ia berkata, aku disini hidup seorang diri, makan pun sehari sekali. Aku tidak perlu menjadi kaya, Tuhanku adalah Dzat yang Maha Kaya. Wahai fulan, menangislah dirimu. Karena Dia sudah “mematikan” hatimu sehingga kau tak dapat menangis lagi karenaNya. Menangislah dirimu, karena kau sudah keliru dalam soal keagamaan. Menangislah dirimu karena berangan sebagai ahli sorga, namun bersikap dengan jelas seperti ahli neraka. Menangislah hingga air mata itu sudah tak keluar lagi, menangislah akan dosa yang terus saja kau lakukan di setiap helaan nafasmu, menangislah wahai fulan. Menangislah sebelum kau ditangisi malaikat penjemput ajalmu. Bisa jadi air mata itu memadamkan murka Rabbmu. Astaghirullah. #NTMS 

SLW

Hujan


Bismillahirrahmanirrahim

Hujan, bertandang dengan sukacita, menepis abu yang terkatung-katung di udara
Menggemburkan geliat cacing dalam perut bumi, untuk terus mengikuti alunan melodi
Kepalan tangan yang menggelora, kuyup diterpa hembusan angin topan
Kembalinya anak ayam ke peraduan menyurutkan keinginan perhelatan panjang sebuah komedi dalam perjalanan
Genangan kemampuan yang dilukis dengan terpampang, menyulitkan rival untuk membanjiri lahan kemenangan
Anak kemarin sore, berteriak akan kesulitan
Namun, burung-burung bernyanyi mengalihkan perhatian
Berita-berita di TV membungkam kebenaran
Dan ambisi para penguasa untuk menghabisi asa yang tersudut di tepian kelopak mata
Habis sudah sembako hari ini, biarkan ku tidur telentang disini dan terus berharap agar besok aku terbangun dalam sebuah mimpi
Hujan, bertandang dengan sukacita, menepis khilaf diantara kemunafikan manusia

SLW

Sabtu, 14 November 2015

My life is dedicated to Allah

Bismillahirrahmanirrahim

sebuah kalimat yang selalu aku rindukan, dan keberadaannya selalu membuatku tenteram.
la hawla wa laa quwwata illa billah
Allah.. tujuan hidupku yaitu menujuNya
selama ini aku terlalu lama terlena
hingga lupa hakikat hidup di dunia
Allah.. tujuan hidupku yaitu memperoleh ridhoNya
Dzat yang tak pernah tidur siang dan malam
mengurusi hamba-hambaNya tanpa lelah sedikitpun
Maha Sempurna diriMu
aku merinduMu yaRobb..
sangat.

maka in syaa Allah, aku akan berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya
berusaha lebih ikhlas, tulus, dan sabar dalam menyembahMu
aku dedikasikan hidupku untukMu yaIllahi

aku merinduMu
aku merinduMu

                                            https://mydiarioselamanya.files.wordpress.com/2011/05/tumblr_lhhra4sbgq1qblbovo1_400.png

02.26
SLW

celui-la



Bismillahirrahmanirrahim

Enfin, on arrive déjà au mois du novembre, le climat commence à faire froid et c’est le temps pour la pluie existant jusqu’à quelques mois suivant. Ah mon cœur toujours lié à la pluie. Peut être le mot ‘adorer’ ne peut jamais accomplir le sens de la pluie pour moi #exigeante non? mdr. Dans ce cas là, on ne parle pas du climat ni la pluie,  on parle d’une chose étant important (pour moi) et que je suis vécue récemment. Hm, où, est-ce que je dois commencer? Un peu difficile, compliquée en fait. Alors je remercie d’abord au Dieu qui ne jamais oublier de donner le bonheur dans ma vie même si j’ai fait beaucoup de défaut. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal.  

Hm, allez. Pour ceux qui comprennent mon écriture là, je n’écris que partager mon éxperience dans ma vie, chacun a son opinion bien sûr mais d’abord je vous demande de ne pas penser negativement à ceci. 

Alors, aujourd’hui il pleuvait, assez fort. Dans la rue, j’entendais quelques chanson pour me détendre. Comme d’habitude des embouiteillages partout, je ne supporte plus cette situation en fait mais je n’ai pas de choix. Je devrais prendre le TJ et Metro. J’ai ouvert mon portable, et je me rappele à quelquechose. Pas important, pas du tout mais celui là, il a couru dans ma tête. Une souvenir ni pire ni plaisante, mais ma bouche souri toujours en pensant. Cette chose là,  il était ici, venu dans ma pensée, rempli mon cœur et fait sourire ma bouche quelque fois. Le bonheur, en commencement. On m’a declaré beaucoup de choses, ça me faisait mal à la tête. Je n’ai pas bien compris, je n’ai pas bien su. Mais... j’étais contente. 

Au fur et à mesure, je realise déjà ce n’était un moment dangereux.  Que, tout ce que je suis vecue n’était qu’un mensonge. Sucrée en avance, pire à la fin. Malheureusement, ça me donnait plein de souvenir un peu difficile à oublier. Je voulais bien prendre la gomme, et facher tout ce qui “contient” cette chose là dans mon cerveaux. J’ai déjà éssayé, mais grâce à la pluie, et mon portable particulièrement. Je me rappelle encore. J’étais déçue à moi même. Pourquoi je me laissait mon cœur ouvert ce moment là. C’est gravement une maladie que je dois faire attention avec. Mais c’était AVANT. Maintenant? NON PLUS. Je garde bien moi même, notamment pour qqch qui se batte dans mon corps. Merci, pour toi. Je comprends beaucoup de chose à cause de ça. J’apprends mon défaut et je souhaite que je ne refasse pas pour la deuxième fois. 

J’ai bien faché toute les choses sur toi dans ma tête. Je n’ai plus te connu. Au revoir pour toujours. 

00.07
SLW