Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahilladzi bini’matihi
tatimusshalihat
Takbir itu sudah resmi
dikumandangkan, pertanda berakhirnya ramadhan kemudian berganti pada bulan
syawal
Palu itu resmi
diketukkan, konferensi pun sudah memutuskan
“lapor komandan, hilal
sudah terlihat” lapor mereka dengan meyakinkan yang sebelumnya disumpah diatas
al-qur’an
Ramadhan sahabatku, ia kini pergi dan tak tahu akankah menemuiku lagi. Suatu
keniscayaan memang jika ramadhan pasti akan muncul setidak-tidaknya karena
tersemat di kalender yang terpampang. Pertanyaanku ialah, akankah umur
mengizinkanku menemuinya lagi? Akankah malaikat
maut ‘sibuk’ di tempat lain dan belum berkenan mengunjungiku? Wallahu ta’ala a’lam.
Lihatlah matahari terakhir bulan ramadhan, elok kekuningan emas menyilaukan,
mengucap salam terakhir pada bulan yang bahkan neraka pun enggan untuk menambah
tahanan. Hai langit, sepertinya saat ini penduduk bumi sedang mengagumi mu. Kami
sedari tadi memerhatikan untuk memutuskan bulan baru. Sementara mereka yang
disana sedang mengelu-elukanmu karena berhasil menjelajahi planet kerdil pluto
setelah 9 tahun menunggu. Ya, kami sama sama memerhatikanmu langit. Ramadhan,
jika aku diizinkan meminta, aku ingin setiap malam adalah lailatul qadr, dan
setiap bulan adalah ramadhan. Aku tidak puas dengan apa yang sudah kulakukan di
bulan penuh penuh penuh rahmat dan berkah ini. Jauh sekali dari kata ideal. Huh
semoga Tuhanku berkenan mempersatukanku lagi dengan mu ya ramadhan. Ya setidaknya
aku berusaha memaksimalkan amalan di bulan-bulan selanjutnya setelahmu. Aku mencintaimu
ramadhanku.
Meski tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, namun ‘alaa
kulli haal kita haruslah tetap bersyukur dalam keadaan apapun. Kini, lebaranku
akan dihabiskan sepenuhnya di Ibukota yang konon katanya sepi kalo lagi
lebaran. Tanah kelahiranku, apa kabarmu disana? Masih kering kerontangkah? Ah sang
awan sepertinya sedang berkelana kesana kemari, karena ia pun tak jua
mengunjungi tempat tinggalku untuk membawakan setetes air. Aku merindumu
Lampung dan kakek serta nenek. Tahun ini, qadarullah, Ia mengizinkanku untuk
berlebaran pertama kalinya di Ibukota. Biarkanlah. Segala yang Dia tetapkan tak
pernah merugikan, manusia saja yang selalu mencaci tanpa pernah bersyukur.
Selamat hari raya iedul fitri 1436 Hijriyah. Taqabalallahu minna wa minkum,
shiyamana wa shiyamakum.
Sampai jumpa lagi sahabatku, kami pasti akan selalu merindumu.
Shinta Larasati Widjanarko
Pondok Labu
20.45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar