Bismillahirrahmanirrahim
A :“masyaa Allah,lihatlah gadis itu teduh sekali parasnya.”
B :“subhanallah ini bidadari surga nih, kerudung nya panjang bener. Tampilannya
sholihah banget.”
C :“wah itu calon istri gua tuh, pakaiannya selalu syar’i men.. pas gua
stalk medsos doi juga isinya dakwah semua. Gils masih ada cewek macem doi di
jaman ini cocok lah buat melengkapi kekurangan gua.”
D :“akhie tahu ukhti fulanah kan? Masyaa Allah akhie, ana sudah berazzam
untuk melamar dia ketika lulus nanti. Dia terlihat sholihah betul akhie, tak
pernah menampakkan fotonya di medsos, kalo diajak mengobrol pun sangat menjaga
adab interaksi, rajin mengaji pula. ana
berasumsi dia adalah akhowat baik nan shalihah yang sangat ideal dijadikan
calon istri.”
E :“sis gue iri dah ama si fulanah, dia tuh kayaknya perfect bgt gtu napa. Sholat
nya tepat waktu, rajin baca qur’an, medsos nya ngomongin islam mele, agamis dah
pkknya. Istri sholihah idaman suami bgt dah.”
mukkadimah nya agak gimana gitu ya? hehe #intermezzo
Apa yang kau fikirkan mengenai mereka yang berkerudung panjang dan
berpakaian longgar? Singkatnya berpenampilan syar’i. Seperti pendapat-pendapat
diataskah? Atau justru sebaliknya? Kalau saya benar, saya pernah nge post
mengenai anggapan buruk wanita berhijab syar’i monggo di scroll kebawah J. Nah kali ini saya akan membuat tulisan mengenai
hal sebaliknya alias anggapan kalau wanita berhijab apalagi berhijab syar’i itu
sudah sepenuhnya sholihah. Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah. Banyak
sekali ekspektasi tinggi yang disematkan kepada mereka yang sudah berhijab
terlebih yg hijab syar’i. Well, sebetulnya saya amat tidak menyukai
diferensiasi makna dari hijab itu sendiri. Hijab lempar dan hijab syar’i,
padahal sudah jelas perintah Allah di surah An-Nur ayat 31
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.
serta al ahzab ayat 59
59. Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Bukankah segala hal yang tertuang di Al-Qur’an wajib dilakukan? Setidaknya sedang
berproses menuju ke arah sana. Begitu pula dengan hijab yang sesuai syari’at
yakni longgar, tidak menyerupai pakaian laki-laki, menutup dada, dan tidak dimaksudkan
untuk tabarrruj. Nah perihal hijab syar’i, paradigma yang mengakar pada
sebagian besar masyarakat adalah akhlak islami, sholehah, agamis dan lain
sebagainya yang berkorelasi dengan keagamaan. Seperti halnya dua sisi dalam
mata uang, hal tersebut bisa berdampak positif maupun sebaliknya. Positif tentu
saja, setidaknya dunia masih ‘waras’ karena me-labelling akhlak yang baik
tercermin pada ketaatan pada Rabbnya yaitu berhijab. Namun yang jadi masalah
adalah anggapan bahwa muslimah yang berhijab itu sudah dipastikan terbebas dari
dosa, selalu ta’at, tidak pernah maksiat, suci dll makanya alibi kebanyakan
orang ketika mau berhijab adalah “kelakukan gua masih bejat nih, gue belum
siap, gue mau ngehijabin hati dulu aja ya.” Wih ngeri banget ngga si? Akh,
ukh.. (akhie ukhtie) kalo memang benar begitu adanya buat apa sih Allah SWT
ciptain surga dan neraka? Tinggal suruh aja semua perempuan berhijab kalo emang
hijab itu adalah asuransi kita menjadi penduduk surga. Ya ngga? Seolah-olah
dengan berhijab kita langsung di cap bak malaikat, alias tanpa dosa, duh malaikat
jelas aja ngga ada dosa wong diciptainnya ngga pake nafsu. Tapi kan manusia
diciptakan dengan akal dan nafsu, betul? Nah oleh karena itu seseorang pernah
berkata (saya lupa) “manusia bisa menjadi makhluk paling mulia bahkan melebihi
malaikat jika ia bisa menunddukkan hawa nafsunya dan mengedepankan akalnya,
namun manusia bisa menjadi makhluk paling bejat bahkan melebihi binatang jika
hawa nafsunya tidak terkontrol dan tidak mengedepankan akalnya.”
Bro sis, manusia itu tempat nya dosa sesuai dengan hadits Rasul SAW
"Setiap anak adam itu melakukan
kesilapan.Tetapi sebaik-baik mereka adalah yang sentiasa bertaubat.."
bahwa sampai kapanpun juga manusia ga akan pernah bisa luput dari dosa,
itulah gunanya ada pertaubatan. Taubat itu tidak hanya sekali namun disesuaikan
dengan perbuatan bathil yang dilakukan. Tapi taubat itu harus sungguh sungguh
atau taubatan nasuha. Jadi bukan tobat sambel ye hari ini tobat esok maksiat na’udzubillah,
pikir deh emang yang kaya gitu bakal diterima? Tanpa disadari hal seperti itu
malah secara tidak langsung membuat kita mempermainkan Allah. Na’udzubillah
tsumma na’udzubillah. Ketika kita sadar sudah sangat jauh dengan Rabb, maka
jalan satu-satunya adalah bertaubat dengan taubatan nasuha.
Orang yang memutuskan untuk berhijab adalah tanda bukti bahwa ia ingin ta’at kepada Rabbnya dan
ia menyadari bahwa hijab itu kewajiban bukan pilihan. Terlebih lagi ia pun akan
sadar bahwa dengan hijab, ia bisa mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya. Itu adalah harapan darinya dan orang-orang sekitar. Nah mengapa
ada ekspektasi semacam itu? karena ia sudah selangkah lebih maju dibanding
mereka yang belum mengenakannya. Ia paham akan ilmu dan urgensi dari hijab itu
sendiri. Namun kawan, bagaimana pun juga mereka yang sudah berhijab (syar’i
ataupun belum) adalah manusia biasa yang memang tempat khilaf dan dosa. Terkadang
mereka berada dimasa futur atau turunnya keimanan , mungkin ketika berada di
lembah futur banyak sekali perbuatan maksiat yang dilakukan. Sayangnya, hal
tersebut dapat mencoreng diri mereka yang suci karena labelling hijab itu
sendiri. Nah ini yang harus dihindari ya, kerudung itu adalah benda mati,
sedangkan perbuatan itu dilakukan oleh makhluk hidup. Kalau memang ada saudari
kita yang kepergok berbuat tidak baik maka jangan di judge seperti ini “yailah
kerudung panjang tapi kelakuan bejat sama aja.” Astaghfirullah jangan sampai
ya, jangan pernah salahkan kerudung dan penampilan mereka yang sudah sesuai
dengan syariat namun tegur dan nasihatilah secara baik-baik. Penampilan mereka
toh tak pernah salah, tapi diri mereka sendiri lah yang sedang jatuh ke lubang
kekhilafan. Setidaknya mereka sudah mencoba untuk ta’at dan dekat pada Rabbnya.
Untuk yang sudah berhijab sesuai syari’at ataupun belum, opini saya diatas
semata-mata in syaa Allah bukan ditulis untuk membela diri agar bisa berbuat
maksiat kapan saja. Innalillah, namun saya hanya ingin membuka wawasan berfikir
mereka yang masih terkungkung dengan image tersebut. Terlepas dari itu semua,
menjaga diri dari perbuatan bathil adalah kewajiban kita semua sebagai hamba
Allah. Betul, dengan memakai hijab penilaian orang terhadap kita pasti akan
berbeda mereka pasti akan lebih menilai kita dengan positif. Justru
bersyukurlah dengan hal ini, karena ini merupakan salah satu bentuk penjagaan
Allah terhadap kita untuk meminimalisasi perbuatan maksiat. Nasihat untuk saya
sendiri dan saudari-saudari lainnya, PR kita sudah pasti amat banyak dan berat
yaitu memperbaiki diri dan menjadi
contoh yang baik bagi sekeliling kita. Jangan lupa untuk selalu mengajak
saudari lainnya untuk sama sama menjadi hamba yang sami’na wa atho’na. Islam
itu tidak pernah salah, islam itu sempurna, jika kalian melihat ada sesuatu
yang salah dari muslim/ah itu semata-mata karena kekhilafan kami semata bukan karena
islamnya atau kerudungnya. Islam itu sempurna.
“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu...” (QS. Al Ma’idah : 3)
Wallahu walliyut taufiq Allahu ta’ala a’lam bisshowab. #NTMS
Shinta Larasati Widjanarko
23.20
Pondok Labu