Sabtu, 23 Mei 2015

Langit dan Bumi pun menolaknya



Bismillahirrahmanirrahim

Langkah itu kian pasti, menyusuri jejak-jejak pendahulu yang berbekas.. Menghantamkan penanda hingga menghujam ke dalam bumi, menyiapkan kompas agar tak hilang arah..Meluncurkan lantunan pinta ke langit dengan menengadahkan kedua tangan, memohon dengan penuh kerendahan jiwa Meyakinkan diri bahwa do’a adalah senjata terkuat seorang mukmin. Ya memang, do’a tanpa usaha adalah kesia-siaan. Usaha tanpa do’a adalah kezhaliman .

 Terkadang merasa  ingin menjahit bendera putih saja, tanpa sadar sudah mendaki setinggi ini. Nafas yang tersengal, pandangan yang kabur, dan kaki yang kehilangan daya upayanya. Lengkap sudah penderitaan. Seolah jam berdentang selalu mengingatkan. Deadline deadline deadline! Ah tidak, sebodoh itukah aku? Sampai-sampai dikejar oleh waktu. 

Bahkan di penghujung malam pun, mata yang terpejam tak bisa menidurkan jiwa dan fikiran yang masih melanglang buana, memikirkan hal-hal yang harus dituntaskan. Oh begini rasanya. Memikul sebuah hal yang bahkan langit dan bumi saja enggan menerimanya. 

Pada kenyataannya, kehidupan tak kan pernah menjadi lebih mudah. Belum selesai menunaikan suatu amanah, amanah besar yang lain telah menunggu untuk ditunaikan. Masyaa Allah. Seseorang berbicara padaku mengenainya, “Allah memberikan amanah pada kita karena dua hal, yang pertama kita mampu atau yang kedua karena ini adalah bentuk penjagaan dariNya untuk kita.” terharu sekali mendengarnya. Sebenarnya sampai detik ini pun aku tak percaya, akan kenyataan yang sedang kujalani. Siapa sangka? Seorang yang pendiam, tak banyak omong, berbicara seadanya tanpa basa basi menjadi sosok berbeda ketika masuk ke dunia perkuliahan. 

Maka, hari ini aku membuka mata untuk kesekian kalinya dan melantunkan do’a dalam lirik yang sama. “Wahai Rabbku jangan matikan aku sebelum aku dapat menyelesaikan semua amanah yang kupikul dengan sebaik-baiknya, khusnul khotimah.”

Semangat untuk kita semua, para pemuda yang sedang mempersiapkan bekal sebaik-baiknya untuk kehidupan sesudah kehidupan dunia. Untuk masa dimana tak laku lagi sesal dan pengakuan dosa. Untuk waktu dimana kebaikan akan menjadi hal paling berharga dan tak bisa dibeli dimana-mana. Ya Allah, tolong kuatkan, hingga akhir. Aamiin.

Pondok Labu
22.00

Shinta Larasati Widjanarko

mahasiswa?



Bismillahirrahmanirrahim


Seruan itu sudah di kumandangkan beberapa hari silam

Tinggal menunggu waktu untuk membuktikan

Wah, realita dunia mahasiswa

Aku berdecak kagum karenanya

Masih idealis, berfikir kritis, berjiwa tulus

Teriknya matahari tak pernah meluluhkan semangat menggelora

Mendidihnya aspal tak mengangkat pijakkan yang mengakar

Dorongan dan hentakkan dari tangan besi sang penjaga  tak pernah menggetarkan

Inilah kami! Mahasiswa! Berapa jumlah kami? SATU

Berjuta kali turun aksi, bagiku satu langkah pasti

HIDUP MAHASISWA! HIDUP RAKYAT TERTINDAS INDONESIA!

Kalimat itu lagi dan lagi menggetarkan hati ku membuat sekujur tubuh merinding

Meski tak bisa di generalisasi.. namun kuyakin setidaknya

Masih banyak mahasiswa yang bermental baja berjiwa ikhlas

Bagaimana tidak? Kami ‘dipanggang’ dibawah terik matahari selama sekian jam

Tanpa dibayar sepeser pun

Berdiri menahan haus dan lapar sambil terus berusuara keras diatas mobilsound

Memantik api yang sudah terlalu lama padam dalam jiwa mahasiswa

Demi apa? Tak lain dan tak bukan adalah menyuarakan aspirasi rakyat

Menginginkan kesejahteraan rakyat! Ya, hanya rakyat! Demi rakyat indonesia!

Aku baru sadar kali ini, masyaa Allah

Tulus sekali mereka..

Satu hal yang kutahu pasti

Malaikat selalu bersama mereka yang menyuarakan kebenaran

Aamiin.

Ada sebuah pernyataan yang menginspirasiku hari ini



“jika ada 1000 orang yang menyuarakan kebenaran, maka pastikan AKU berada di dalamnya”

“jika ada 100 orang yang menyuarakan kebenaran, maka saksikan dan pastikan bahwa AKU adalah salah satunya”

“jika ada 10 orang yang menyuarakan kebenaran, saksikanlah! Bahwa AKU berada di antaranya”

“jika hanya ada 1 orang yang menyuarakan kebenaran, maka saksikanlah! Pastikanlah! Bahwa orang itu adalah AKU!”

“dan jika! Sudah tidak ada lagi orang yang menyuarakan kebenaran! Maka pastikanlah bahwa AKU sudah mati untuk tidak menyampaikan kebenaran lagi!”

Masyaa Allah, ikrar ini berat sekali. Namun in syaa Allah bi idznillah Allah kuatkan Allah mudahkan.


Pondok labu

21. 50

Shinta Larasati Widjanarko

Senin, 18 Mei 2015

saudaraku..

bismillahirrahmanirrahim

tetes air kelopak tiada henti, membasahi bibir keriput ini

teringat akan separuh jiwa yang tersakiti, terusir, terbuang, tersiksa

bahkan sampai mati

rasanya urat nadi sudah mengepal, menunggu target menjadi landasan

malu pada malaikat yang sibuk mempertebal catatan di sebelah kiri 

hina akan kelalaian yang dicipta guna mengubur dalam kenyataan yang ada

saudaraku

maafkan atas kehinaan saudarimu ini

yang setiap hari ongkang-ongkang kaki

menimbun sampah perut, menggonta-ganti menu sesuai dengan yang digemari
menyumpal telinga dengan hits terbaik alesso, zedd, calvin harris

menyelimuti mata hati dengan beton berlapis baja

dan dengan bebasnya memilih jus segar untuk menjadi santapan rutin 4 sehat 5 sempurna

saudaraku

maafkan atas kelalaian saudarimu ini

yang sengaja berpura-pura tak terjadi apa-apa

padahal kalian sedang terombang ambing menunggu masa

masa dimana dapat bertemu Sang Pencipta

lapar, haus, sakit, siksa, mengenaskan

baiklah saudariku

aku bukan orang baik

tidak ingin pula menjadi sok baik

aku hanya sedang memperlambat bertambahnya catatan di sebelah kiriku

dan berusaha membujuk rayu malaikat sebelah kanan untuk mengisi kembali tintanya

agar kelak kubisa mengambilnya melalui tangan kanan

saudariku.. laa tahzan 

innallaha ma'ana

saudarimu yang dhoif dan faqir

teruntuk muslim rohingya 

Shinta Larasati Widjanarko
23.02
Pondok Labu