Selasa, 10 Februari 2015

Hujan



Bismillahirrahmanirrahim

Hujan.. 

Sepertinya bumi ini sedang rindu untuk ‘dimandikan’

Layaknya seorang putri cantik yang mendamba pangeran impian

Begitu pula rintik-tintik air yang tak henti-hentinya mengguyur bumi pertiwi

Akhir-akhir ini katak bersorak kegirangan, daun-daun segar kehijauan

Dan air.. yang terus menggenang di setiap sudut jalan

Oh, awan sepertinya kau ingin menumpahkan seluruh beban berat yang dikandungmu

Hingga tak lagi tersisa barang setetes untuk dikemudian hari

Hari dimana bumi menjadi kering kerontang, tumbuhan layu kehausan, serta cacing yang tak bergeming kepanasan dan manusia yang mengeluh kegerahan

Kini telah datang zamannya penghujan, Tuhan memang Maha Baik, manusia yang tak tahu diri

Namun manusia mengeluh lagi, “banjir dimana-mana, hujan kok kurang ajar banget yak ngga mau berhenti” 
 
Duh manusia, berani-beraninya menyalahkan hujan, berani-beraninya menyalahkan Tuhan

Lupa akan peringatan yang tertera di Al-Qur’an, bahwa sesungguhnya kerusakan di bumi disebabkan oleh manusia itu sendiri



Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42)
Bagiku, hujan itu indah bersama ketenangan yang dibawa

Macet? Banjir? Itu ulah manusia

Nikmatilah hujan, nikmatilah setiap tetes yang kau turunkan ke bumiNya

Nikmatilah bumi, nikmatilah indahnya bermandikan berkah yang memakmurkan makhluk hidup dipermukaanmu

Aku pun sedang menikmati, bersama secangkir kopi pahit yang mengingatkanku akan getirnya pengalaman hidup

Kemudian kujadikan pelajaran yang selanjutnya hanyut terguyur hujan




Shinta Larasati Widjanarko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar