Bismillahirrahmanirrahim
Hujan..
Sepertinya bumi ini sedang rindu untuk ‘dimandikan’
Layaknya seorang putri cantik yang mendamba pangeran impian
Begitu pula rintik-tintik air yang tak henti-hentinya mengguyur bumi
pertiwi
Akhir-akhir ini katak bersorak kegirangan, daun-daun segar kehijauan
Dan air.. yang terus menggenang di setiap sudut jalan
Oh, awan sepertinya kau ingin menumpahkan seluruh beban berat yang
dikandungmu
Hingga tak lagi tersisa barang setetes untuk dikemudian hari
Hari dimana bumi menjadi kering kerontang, tumbuhan layu kehausan, serta
cacing yang tak bergeming kepanasan dan manusia yang mengeluh kegerahan
Kini telah datang zamannya penghujan, Tuhan memang Maha Baik, manusia yang
tak tahu diri
Namun manusia mengeluh lagi, “banjir dimana-mana, hujan kok kurang ajar
banget yak ngga mau berhenti”
Duh manusia, berani-beraninya menyalahkan hujan, berani-beraninya
menyalahkan Tuhan
Lupa akan peringatan yang tertera di Al-Qur’an, bahwa sesungguhnya
kerusakan di bumi disebabkan oleh manusia itu sendiri
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42)
Bagiku, hujan itu indah bersama ketenangan yang dibawa
Macet? Banjir? Itu ulah manusia
Nikmatilah hujan, nikmatilah setiap tetes yang kau turunkan ke bumiNya
Nikmatilah bumi, nikmatilah indahnya bermandikan berkah yang memakmurkan
makhluk hidup dipermukaanmu
Aku pun sedang menikmati, bersama secangkir kopi pahit yang mengingatkanku
akan getirnya pengalaman hidup
Kemudian kujadikan pelajaran yang selanjutnya hanyut terguyur hujan
Shinta Larasati Widjanarko