Minggu, 26 Oktober 2014

ketetapanNya



Bismillahirrahmanirrahim


Hm, banyak hal yang terjadi di dunia ini diluar keinginan kita. Misalnya, kampus impian. Mungkin beberapa diantara kita ada yang masuk di universitas yang diinginkan sedari dulu, namun ada juga yang gagal meraih kampus impiannya. Saya contohnya, tidak pernah terpikirkan sama sekali untuk masuk ke UNJ. Dari dulu yang ada di fikiran saya ya kampus yang di depok itu, yang almetnya berwarna kuning. Bahkan saya dulu tidak tahu dimana itu UNJ, wah parah bgt ya. Dan ketika pengumuman SBMPTN doa yang selalu tersebut di lisan saya selalu kampus depok itu, karena itu impian saya sedari dulu. Namun, qadarullah pengumuman itu isinya memang memberi selamat kepada saya, selamat karena diterima di Universitas Negeri Jakarta. hm sejujurnya hari itu saya agak kecewa, tapi alhamdulillah seorang malaikat berwujud manusia yang saya panggil ‘mamah’ memberi semangat kepada saya “yaudah kak, nggausah kecewa lah. Allah pasti selalu ngasih yang terbaik untuk hambanya. Yakin deh, berarti UNJ itu yang terbaik untuk kakak.” Hm ok, saya yakin ini yang terbaik. Alhamdulillah setelah menjadi mahasiswa UNJ selama hampir 1 tahun setengah tidak ada penyesalan sama sekali. Malahan saya sangatlah bersyukur karena diterima di kampus hijau ini. alhamdulillah ala kulli haal, ada banyak hal yang membuat saya sangat bersyukur salah satunya adalah karena saya dipertemukan dengan mentoring. Suatu kegiatan yang sangat berguna karena bisa me recharge ruhiyah dan iman kita. masyaa Allah benar ya sebaik baik rencana adalah rencana Allah.

“.. boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu, boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” Al- Baqarah : 216
Ya Allah, ampunilah diri ini yang terkadang tidak terima dengan ketetapanMu. Kuatkan pundak kami dan mantapkan jejak kami ya Rabb. Allahumma aamiin

Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Sepeda



Bismilahirrahmanirrrahim

Pernahkah melihat sepeda yang pedal dan kayuhnya lebih dari 1? Menarik ya, kalau lelah bisa bergantian dan yang lebih penting adalah kerjasamanya. Ibarat ingin menuju suatu tempat dengan sepeda tersebut. Maka masing-masing orang harus secara bersamaan mengayuh sepeda tersebut. Bagaimana jika hanya 1 orang? Tentu dia akan kelelahan dan ditengah jalan pasti berhenti, dan kalau sudah begitu bagaimana bisa sampai ditempat tujuan? 

Nah begitu pula dengan organisasi yang didalamnya terdapat berbagai departemen. Maka setiap staff maupun kadept dalam organisasi tersebut harus saling bersinergi. Kalau kadeptnya saja yang bekerja keras namun staffnya hanya ongkang-ongkang kaki, bagaimana mungkin bisa menjalankan semua proker dengan baik. Kalau diantara staff-staffnya hanya ada 1 atau beberapa orang yang inisiatif, bagaimana mungkin departemen tersebut bisa menuntaskan amanahnya dengan baik. Oleh karena itu, baiknya kita mengayuh sepeda tersebut bersama-sama. Pun kalau lelah kita bisa bergantian bukan? Asalkan jangan biarkan hanya 1 orang yang mengayuh sepeda karena dibutuhkan kerjasama serta kekompakan dalam mengerjakan suatu amanah di dalam organisasi. bismillah.. #NTMS hamasah Lillah Fillah Billah aamiin.

Semoga Bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Peri kehilangan sayapnya



Bismillahirrahmanirrahim

Peri kehilangan sayapnya
Semesta tak diam sejadi-jadinya
Ia mulai saling berbisik
Akan sayap yang mulai malu
Menyapa angin pada kepakan arogansi
Menggugurkan bulu-bulu putih
Berganti merah paruh baya
Ada doa yang baru
Terselip aroma mawar didalamnya
Memberi isyarat
Bahwa hati tetap tidak tunduk
Akan rasa yang mulai semena-mena
Tak pernah tanyakan keadilan
Kenggunan masih dipangkunya
Langit mulai ramai
Pada penghuni yang bertandang
Dialah tamu yang lahir dari tubuh
Seorang peri..
Sebab tak mampu menandahi kelopak-kelopak yang menyentuhnya
Mewangi dibalik bilik-bilik sempit
Meranahi kesucian
Oh betapa manisnya
Madu-madu yang disuguhkan
Nikmatilah peri
Tatkala dirimu terkoyak
Semut-semut yang meengerubungi hatimu..

Created by : Innaka Des Jeanar

Senin, 13 Oktober 2014

un test



Bismillahirrahmanirrahim

Di hari yang cerah itu, matahari muncul dengan gagahnya. Menampakkan diri diantara awan, dan seolah tak ingin kalah tenar diantara bintang-bintang di langit. Tetapi kecerahan hari itu tak mampu menutupi kegundahan dan kesuraman yang meliputi akhwat berkerudung hitam tersebut. Ia merasa, akhir-akhir ini kering sekali ruhiyah nya. Seperti tanaman yang sudah layu. Hati dan jiwanya kering sekali, menguning, bahkan rapuh untuk disentuh. Padahal setiap hari, ia penuhi mutabaah yaumiyahnya. Shalat rawatib, dhuha, al-matsurat, tilawah dll. Namun,gerangan apa yang membuatnya begitu suram akhir-akhir ini? Ia sedang bimbang dan bingung. Dihadapkan oleh suatu perkara yang tak kunjung usai. Sebuah ujian yang selalu menemuinya sedari dulu, dan ia masih belum dapat mengatasinya. Benar saja, ia pernah membaca sebuah artikel yang bertuliskan bahwa Allah akan selalu menguji seorang hamba sesuai dengan hal yang ia lemah daripadanya, sampai ia dapat mengatasinya. Kalau orang itu lemah perihal kesabaran maka akan selalu diuji dengan cobaan yang menyangkut masalah kesabaran hingga ia dapat menjadi orang yang sabar. Jika kelemahan orang itu terletak dimasalah uang, maka akan terus hadapkan pada ujian yang mengharuskannya menahan diri dari kelemahannya tersebut sampai ia menjadi orang yang kuat dalam ujian itu. #plak rasanya akhwat itu tertampar sekali setelah membaca artikel tersebut. Maka ia pun bermuhasabah diri. Hal apa yang membuatnya begitu berbeda akhir-akhir ini. Perenungan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ia selami dirinya lebih dalam lagi, dan berusaha memahami penyebab kegusaran yang menghampirinya. ah ternyata masalah hati. Masalah yang sedari dulu tak kunjung usai, kegundahan yang belum menemukan solusi. Sepertinya benar, Allah sedang menguji akhwat ini. Ujian yang menjadi salah-satu kelemahannya, pas sekali rasanya. Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah. Banyak hal yang harus diperbaiki dari dirinya, dan ia tahu sudah saatnya ia meluruskan segala hal yang masih belok. Entah itu niat, hati atau apapun itu. Yakinlah, ujian itu pasti akan selalu menemuinya sampai ia berhasil lulus dari ujian tersebut, in syaa Allah. Dan satu hal yang pasti, takdir yang telah tertulis di lauhul mahfudz pasti akan dilewati oleh garis kehidupan sang akhwat. Artinya, kalau hal itu memang ditetapkan untuk kita maka pasti kita akan menemuinya, sedangkan kalau hal tersebut tidak pernah di gariskan untuk kita maka sekuat apapun kita menggenggam, pasti akan pergi juga. Ya, perbaiki diri luruskan niat di hati. Allahumma yassir walaa tu’assir. #NTMS

Semoga bermanfaat
Shinta Larasati Widjanarko

Jumat, 03 Oktober 2014

le profil du bon apprenant



Bismillahirrahmanirrahim

Bonjour
Nous allons vous présenter le profil du bon apprenant de langue seconde qui est dans le chapitre 2.
Alors, tout d’abord Que’st-ce que c’est le bon apprenant ? C’est quelqu’un qui comprend toutes les choses ce qu’il apprend. Il n’a peur jamais s’il fait le défaut. S’il ne comprend pas ce qu’il apprend, il va tout de suite chercher les informations à quelques sources jusqu’à il les gagne.
Et puis, Qu’est-ce que c’est la langue seconde? C’est une langue qu’on utilise après la langue maternelle.

Ici, il ya deux avis, selon Stern et Rubin. Et on les note dans quelques points.
Le bon apprenant selon stern, basé sur ses observations, il fait une liste de ce qu’il appelle les traits caractéristiques des bons apprenants de langue. Il ajoute aussi les comportements et les stratégies des bons apprenants et des apprenants faibles.

1.       Il doit avoir un style d’apprentissage personnel et des stratégies positives. C'est-à-dire il essaie d’apprendre d’une langue avec sa conscience. Il essaie aussi de découvrir par lui-même ses techniques ou ses stratégies préférées pour son agreement. Alors, quand il apprend la langue seconde, il est toujours enthousiaste et ça lui fait convient. S’il y a le bon apprenant, y a aussi l’apprenant faible. Il a peu conscience, impatient, et avoir peur le défaut. Il sera  traumatisé par des approches ou des méthodes qui ne lui conviennent pas.
2.       Il doit avoir une approche active sur la tâche d’apprentissage. Il prend son initiative et adopte sa responsabilité personnelle. Il essaie de s’impliquer ce qu’il apprend tous les jours dans ses activités. Comme bavarder avec des amis ou des professeurs ou bien écrire dans son journal intime. L’apprenant faible seulement compte son professeur. Il se peut que d’être quelqu’un passive.
3.       Il doit avoir une attitude ouverte et il sait de tolérer les sentiments de frustration et de désorientation dans les premières phases de l’apprentissage d’une langue seconde. Il n’a pas peur du ridicule. Et aussi il doit manifester une certaine ouverture face à la culture véhiculée par la langue cible.
4.       Il doit avoir un savoir-faire technique, ça veut dire il sait d’analyser les différents structures du code de langue cible. Il doit chercher la relation entre la langue seconde et la langue maternelle.
5.       Il doit avoir des stratégies pour établir des liens entre les éléments nouveaux qu’il apprend et ceux qu’il a déjà appris. il est détermine et systématique. L’apprenant faible est tout le contraire de cela. Il ne fera pas d’effort pour établir des liens entre les différents éléments. Son approche est passive non systématique et fragmentée.
6.       Il doit savoir le sens de cette langue. Il cherche du sens par quelques méthodes comme contexte, situation, explication, traduction. Il travaille dûr pour comprendre le sens de cette langue.
7.       Il doit avoir une disposition pour pratiquer la langue. Il sait pour apprendre cette langue il faut des efforts et ne pas spontanément. Il toujours profit des tâches pédagogiques qui sont proposées  par son professeur pour pratiquer la langue. Tandis que l’apprenant inefficace évite les occasions de pratiquer et les exercices comme des tâches désagréables.
8.       Il doit utiliser cette langue dans la vie réelle. Parce-que, ça ne suffit pas de pratiquer seulement dans la salle de classe. L’apprenant faible refermer sur lui-même. Il se sent incompétent en partant. C'est-à-dire il s’en fou à cette langue.
9.       Il assez aventure de corriger ses défauts avec les locuteurs natifs. L’apprenant faible, ne se fait pas trop de soucis au sujet de ses erreurs. Il ne s’autocorrige pas.
10.   Il finira par penser dans la langue cible. Peu à peu, il abandonne sa langue maternelle comme systéme de référence. Au contraire, l’apprenant inefficace n’accepte pas le fait que sa nouvelle langue.
Alors, la conclusion c’est Stern prend bien soin de souligner que ces descriptions ne s’appliquent qu’à un type idéal. On peut utiliser les strategies des bons apprenants maintenant.

et maintenant, c’est le tour de profil du bon apprenant selon rubin.
Il observe les caractéristiques basé sur empirique et intuitive. Il examine quelques stratégies qui a utilisé afin d’apprendre une langue. On les note dans sept points :
1.       Le bon apprenant utilise son intuition pour deviner le sens de cette langue. Il utilise ses habiletés de langue maternelle pour faire le lien entre la langue maternelle et la langue seconde.
2.       Le bon apprenant toujours veut communiquer ou bien pratiquer sa langue pour apprendre. Il utilise ses gestes et sa mimique pour ce faire même si le vocabulaire lui faire défaut.
3.       Le bon apprenant n’a pas peur du ridicule. Il n’a pas honte pour essayer et il apprend de ses erreurs.
4.       Le bon apprenant est sensible aux structures de la langue. Il analyse les structures de cette langue qu’il peut y découvrir. Il essaie de chercher la relation entre les éléments ou les structures  de la langue cible.
5.       Le bon apprenant profite des occasions pour pratiquer la langue, il toujours répète les mots ou les phrases ce qu’il entend. Comme regarder la télévision , écouter de la radio,et parler à ses professeur ou bien avec ses amis.
6.       Le bon apprenant peut corriger et il compare sa performance avec ses locuteurs natifs . son écoute est toujours active dans la classe.
7.       Le bon apprenant toujours cherche le sens de la langue, il ne se sent assez ce qu’il a gagné.

Et la conclusion, c’est rubin propose une distinction entre les strategies qui contribuent directement. Elle classe dans le premier groupe de strategies, les tentatives de deviner, le raisonement déductif, la pratique, les téchniques de mémorisation, l’autocorrection et l’autoévaluation.

La conclusion des bons apprenants selon eux :
1.       Il adopte une approche active comme pratiquer la langue dans plusieurs façons et preparer ses activités.
2.       Il essaie de découvrir la langue cible comme un système. Par example, établir des liens entre des éléments nouveaux et ce qui est connu.
3.       Il reconnait que la langue cible est un instrument de communication. Comme utiliser le contexte, la situation, les gestes afin de deviner le sens des énoncés.
4.       Il sait prendre en compte la dimension affective d’une la langue seconde. Comme adopter une attitude d’ouverture et de tolérance face à la langue cible. Et puis, il n’a pas peur du ridicule.
5.       Il surveille sa performance par se corriger, essayer de l’imiter de locuteur natif, évaluer sa performance.

La question se posait donc toujours en ce qui concerne les différences entre les bons apprenants et les apprenants faibles dans leur utilisation des stratégies. 

source : buku les strategies d'apprentisage
le devoir de madame ninuk. IBM.

Shinta Larasati Widjanarko